Gerhana
Bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga
tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat
dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi dan Bulan ini hanya terjadi pada
saat fase bulan purnama. Adapun Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya
cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak sampai ke Bumi dan selalu terjadi
pada saat fase bulan baru. Kedua kejadian alam ini dapat diprediksi sebelumnya.
Pada
tahun 2012 ini diprediksi terjadi 4 (empat) kali gerhana, yaitu 2 (dua) buah
Gerhana Matahari dan 2 (dua) buah Gerhana Bulan. Gerhana Matahari tersebut
adalah berupa Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang terjadi pada 21 Mei 2012 dan
Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi pada tanggal 14 November 2012. Adapun
Gerhana Bulan yang terjadi adalah Gerhana Bulan Sebagian (GBS) yang terjadi
pada 04 Juni 2012 dan Gerhana Bulan Penumbra (GBP) yang terjadi pada 28
November 2012.
Demikian
informasi yang kami dapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
yang diumumkan melalui situs remsi BMKG. [Penjelasan lengkap bisa dibaca di sini | pdf.]
Sebagai
Ummat Islam, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana Islam menghadapi
moment semacam ini? Tentu saja, bukan hanya melewatkannya dengan berfoto-foto
ria. Islam punya tuntunan sendiri dalam hal ini sebagaimana yang dituntunkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Simak pembahasan berikut ini.
Keyakinan
Keliru
Banyak
masyarakat awam yang tidak paham bagaimana menghadapi fenomena alami ini.
Banyak di antara mereka yang mengaitkan kejadian alam ini dengan mitos-mitos
dan keyakinan khurofat yang menyelisihi aqidah yang benar. Di antaranya, ada
yang meyakini bahwa di saat terjadinya gerhana, ada sesosok raksasa besar yang
sedang berupaya menelan matahari sehingga wanita yang hamil disuruh bersembunyi
di bawah tempat tidur dan masyarakat menumbuk lesung dan alu untuk mengusir
raksasa.
Ada
juga masyarakat yang meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang kekasih,
sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga
timbullah gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.
Sebagian
masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian
tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya
secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan orang Arab tadi.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ
آيَاتِ
اللَّهِ ،
لاَ
يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ
وَلاَ
لِحَيَاتِهِ ،
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ
فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ،
وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian
seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka
berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR.
Bukhari no. 1044)