Hikmah Keutamaan Sabar Dan Jenis Macam Sabar
Makna arti hakekat sabar dalam Islam bila diketahui dan dipahami dengan baik oleh setiap muslim
tentunya hal ini akan memberikan banyak manfaat keutamaan hikmah di dalam sabar
itu sendiri.
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh." (Al Fawa’id, hal. 95) demikian seperti yang dilansir dari muslim.or.id terkait dengan kedudukan sabar bagi seorang muslim.
Pengertian definisi sabar itu sendiri seperti yang dikutip dari media muslim.or.id bahwasannya sabar Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘ Utsaimin rahimahullah adalah seperti yang tercantum dan terdapat pada Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24 yang berbunyi :
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh." (Al Fawa’id, hal. 95) demikian seperti yang dilansir dari muslim.or.id terkait dengan kedudukan sabar bagi seorang muslim.
Pengertian definisi sabar itu sendiri seperti yang dikutip dari media muslim.or.id bahwasannya sabar Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘ Utsaimin rahimahullah adalah seperti yang tercantum dan terdapat pada Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24 yang berbunyi :
"Sabar adalah meneguhkan diri
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat
kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi
takdir Allah…."
Hikmah
Dan Keutamaan Bersabar
Sabar adalah salah satu terapi obat penyakit hati. Kata sabar sangat
mudah diucapkan namun aplikasinya dalam kehidupan butuh mujahadah, kesungguhan.
Sabar termasuk akhlak yang paling utama sehingga banyak mendapat perhatian
Al-Qur’an, baik dalam surat-suratnya yang makkiyah ataupun yang madaniyah.
Sabar adalah akhlak yang paling banyak diulang penyebutannya dalam al-Qur’an. Ini berarti sabar bukanlah masalah sekunder atau pelengkap, tetapi merupakan masalah primer yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Dalam hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas material dan moralnya demi menggapai kebahagiaan. Tidak akan pernah tercapai kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan akhirat kecuali dengan kesabaran.
Sabar itu disebut pemberian terbesar, karena sifat ini berkaitan dengan seluruh masalah hamba dan kesempurnaannya.
Dalam setiap keadaan hamba membutuhkan kesabaran yaitu antara lain dalam permasalahan seperti berikut ini :
Sabar adalah akhlak yang paling banyak diulang penyebutannya dalam al-Qur’an. Ini berarti sabar bukanlah masalah sekunder atau pelengkap, tetapi merupakan masalah primer yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Dalam hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas material dan moralnya demi menggapai kebahagiaan. Tidak akan pernah tercapai kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan akhirat kecuali dengan kesabaran.
Sabar itu disebut pemberian terbesar, karena sifat ini berkaitan dengan seluruh masalah hamba dan kesempurnaannya.
Dalam setiap keadaan hamba membutuhkan kesabaran yaitu antara lain dalam permasalahan seperti berikut ini :
- Ia membutuhkan kesabaran dalam taat kepada Allah sehingga bisa menegakkan ketaatan tersebut dan menunaikannya.
- Ia membutuhkan kesabaran untuk menjauhi maksiat kepada Allah sehingga ia bisa meninggalkannya karena Allah.
- Ia membutuhkan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan sehingga ia tidak menyalahkan/murka terhadap takdir tersebut. Bahkan, ia pun tetap membutuhkan sabar dan Bersyukur menghadapi Nikmat-Nikmat Allah dan hal-hal yang dicintai oleh jiwa sehingga tidak membiarkan jiwanya bangga dan bergembira yang tercela. Ia justru menyibukkan diri dengan bersyukur kepada Allah.
Berikut ini beberapa keutamaan dan hikmah orang-orang yang sabar seperti yang dikutip dari ikadijatim.org yaitu antara lain adalah sebagai berikut :
- Ma’iyatullah, yakni kesertaan Allah dalam hidup. Adakah perasaan sedih, kecewa dan takut menghantui orang-orang yang dijaga Allah? Masih adakah kekhawatiran yang menguasai orang-orang yang dilindungi, dalam penjagaan, pemeliharaan, dukungan dan pembelaan Allah? “Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar“ (QS Al-Anfal: 46).
- Mahabbatullah, kecintaan Allah. Bayangkanlah bagaimanakah indahnya hidup apabila mendapatkan curahan cinta-Nya? “Dan betapa banyak Nabi yang telah berperang bersamanya sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar”.(QS Ali ‘Imran: 146)
- Kabar gembira bagi mereka. “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS Al-Baqarah: 155). “Mereka (orang-orang yang sabar) itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”(QS Al-Baqarah: 157). Ketika Umar membaca ayat ini dia mengucapkan: “Sebaik-baik shalat dan rahmat, dan sebaik-baik petunjuk adalah bagi orang-orang yang sabar.”
- Pemberian balasan yang jauh lebih baik. “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 96)
- Penyempurnaan pahala mereka tanpa batas. “Sungguh hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Al-Zumar: 10)
- Jaminan kemenangan dan pertolongan. “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu memperoleh kemenangan.” (QS Ali’Imran: 200)
- Terbebas dan selamat dari gangguan musuh, baik itu syetan atau manusia yang benci kepada Islam. “Jika kamu memperoleh kebaikan (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya meraka tidak akan menyusahkanmu sedikitpun. Sungguh Allah meliputi segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali-‘Imran: 120)
- Memperoleh manfaat dari berbagai pelajaran sejarah dan kesadaran dari Al-Qur’an. “…..Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya . Sungguh pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur.” (QS Saba’: 19)
- Berhak masuk surga dan menerima ucapan selamat dari malaikat. “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka dengan surga dan pakaian sutra.” (QS Al-Insan: 12). “Sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan): “Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS Ar-Ra’du: 23-24)
Jenis
Macam Bentuk Kesabaran
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh
menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang
mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia
tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya.(HR. Muslim)
Sabar itu ada tiga macam, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan sabar dalam menghadapi takdir.
Apa itu Sabar? Sabar secara bahasa berarti al habsu yaitu menahan diri.
Sedangkan secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara :
- Ketaatan kepada Allah.
- Hal-hal yang diharamkan.
- Takdir Allah yang dirasa pahit (musibah).
Inilah tiga bentuk sabar yang biasa yang dipaparkan
oleh para ulama.
Tiga Macam Tingkatan Sabar
Berikut ini adalah tiga bentuk macam sabar di dalam Islam seperti informasi yang dikutip dari rumaysho.com antara lain adalah sebagai berikut :
Sabar dalam Ketaatan
Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah (capek).
Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti dalam masalah zakat dan haji. Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan dipaksakan.
Tiga Macam Tingkatan Sabar
Berikut ini adalah tiga bentuk macam sabar di dalam Islam seperti informasi yang dikutip dari rumaysho.com antara lain adalah sebagai berikut :
Sabar dalam Ketaatan
Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah (capek).
Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti dalam masalah zakat dan haji. Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan dipaksakan.
Sabar Dalam Menjauhi Maksiat
Ingatlah bahwa jiwa seseorang biasa memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam muamalah, makan harta dengan cara bathil dengan riba dan semacamnya, berzina, minum minuman keras, mencuri dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya.
Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.
Sabar Menghadapi Takdir Yang Pahit
Ingatlah bahwa takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas.
Sedangkan takdir Allah yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dan pemaksaan diri.
Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisannya, hatinya, atau anggota badan.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi.
Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya
Pernahkah mengalami MUSIBAH atau COBAAN yang sangat
menSAKITkan?
Mungkin suami/istrei/anak Anda sakit
yang tidak bisa disembuhkan atau bahkan meninggal, atau Anda di-PHK (kerja atau
cinta), bisnis bangkrut, suami/isteri selingkuh, bercerai, suami tidak mau
memberi nafkah, isteri yang tidak taat, sauadara, teman atau tetangga tidak mau
menyapa, orang tua, suami, teman yang zhalim, dsb.
Apakah Anda ingin SABAR dan RIDLO
menerima setiap keNYATAan,
serta tetap bisa TERSENYUM dan
berbuat BAIK kepada mereka,
dan tetap berSYUKUR kepada Allah
atas keNYATAan tersebut ?
Bila Anda bisa melakukan seperti
itu…
berarti Anda telah melakukan hal
yang menTAKJUBkan.
Karena Rasulullah bersabda dari
Suhaib r.a.,
“Sungguh menTAKJUBkan perkaranya
orang yang berIMAN, karena SEGALA URUSANnya adalah BAIK baginya. Dan hal yang
demikian itu TIDAK AKAN terdapat KECUALI HANYA pada orang MUKMIN; yaitu jika ia
mendapatkan keBAHAGIAan, ia berSYUKUR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan yang TERBAIK untuknya. Dan jika ia tertimpa MUSIBAH, ia berSABAR,
karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal TERBAIK bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas ternyata TIPS-nya
satu, yaitu menjadi manusia berIMAN
Tetapi beriman yang seperti apa
sahabat?
Yaitu menjadi orang yang berIMAN
dengan 6 RUKUN IMAN (berIMAN kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitabNya,
Rasul-rasul-Nya, Taqdir-Nya dan Hari Akhir) dan berIMAN dengan hal-hal berikut
:
1. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA
adalah SEMENTARA, bukan sebenarnya keHIDUPan dan AKHIRAT itulah keHIDUPan yang
sebenarnya dan KEKAL.
Sehingga kita akan berSABAR untuk
menjalani keHIDUPan yang SEMENTARA dan menanti keHIDUPan yang KEKAL ABADI.
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan
DUNIA itu hanyalah perMAINan dan suatu yang meLALAIkan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan DUNIA ini tidak lain hanyalah keSENANGan
yang MENIPU ?” (QS Al-Hadiid: 20)
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah
lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) SEHARI
atau ½ HARI, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah
berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan SEBENTAR saja, kalau kamu
mengetahui dengan sesungguhnya.’ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya
Kami menCIPTAkan kamu secara MAIN-MAIN (saja), dan bahwa kamu tidak akan
diKEMBALIkan kepada Kami?”
(QS Al-Mu’minuun: 112-115)
2. BerIMAN bahwa hidup di DUNIA
adalah TEMPAT UJIAN (dengan keBURUKan dan keBAIKan ) dan akan diMINTA
perTANGGUNGJAWABannya (kewajiban) masing-masing.
Sehingga kita akan SIAP hidup susah
(yang tidak sesuai dengan keinginan ) dengan penuh pengorbanan, kita akan
IKHLAS (karena Allah bukan karena orang yang kita BENCI) tetap
bisa TERSENYUM dan berbuat BAIK kepada orang yang menZHALIMi kita. Kita akan
bisa mempunyai kePRIBADIan seperti para Nabi dan Rasul.
”Dialah yang menJADIkan MATI dan
HIDUP, supaya Dia mengUJI kamu, siapa di antara kamu yang LEBIH BAIK amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mulk : 2)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan mengUJI kamu dengan keBURUKan dan keBAIKan sebagai
COBAAN (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.”
(Qs. al-Anbiya’: 35).
“Tidak ada sesuatu yang dapat
memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari Kiamat selain
kebaikan akhlaknya”. (HR. Tirmidzi)
”Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung. ” (QS Al Qalam : 4)
3. BerIMAN bahwa semua yang terjadi
telah TERTULIS dalam KITAB di LAUH MAHFUZH.
”Tiada suatu BENCANA pun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah TERTULIS
dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) SEBELUM Kami menCIPTAkannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah MUDAH bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu JANGAN berDUKA cita terhadap apa yang LUPUT dari kamu, dan supaya
kamu JANGAN TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
TIDAK MENYUKAI setiap orang yang SOMBONG lagi memBANGGAkan diri,” (QS
Al-Hadiid: 22-23)
4. BerIMAN bahwa UJIAN adalah untuk
mengetahui keBENARan IMAN kita.
”Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka diBIARkan (saja) mengatakan: “Kami telah berIMAN”, sedang mereka tidak
diUJI lagi? Dan sesungguhnya Kami telah mengUJI orang-orang yang SEBELUM
mereka, maka sesungguhnya Allah mengeTAHUi orang-orang yang BENAR dan
sesungguhnya Dia mengeTAHUi orang-orang yang DUSTA.” (QS Al ’Ankabut : 2-3)
5. BerIMAN bahwa disamping MUSIBAH
COBAAN yang ada, jauh lebih BANYAK NIKMAT yang Allah berikan, dan kita WAJIB
berSYUKUR dan berTAKWA.
”Dan Dia telah memberikan kepadamu
(kePERLUanmu) dari SEGALA apa yang kamu MOHONkan kepadanya. Dan jika kamu
mengHITUNG NI’MAT Allah, TIDAKlah dapat kamu mengHITUNGnya. Sesungguhnya
MANUSIA itu, sangat ZHALIM dan sangat mengINGKARi (ni`mat Allah).” (QS Ibrahim : 34)
”Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu berSYUKUR, pasti Kami akan
menTAMBAH (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengINGKARi (ni`mat-Ku), maka
sesungguhnya ADZAB-Ku sangat PEDIH”. (QS
Ibrahim : 7)
Katakanlah: “Siapakah yang memberi
RIZKI kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
penDENGARan dan pengLIHATan, dan siapakah yang mengKELUARkan yang HIDUP dari
yang MATI dan mengKELUARkan yang MATI dari yang HIDUP dan siapakah yang
mengATUR segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah:
“MENGAPA kamu tidak berTAKWA (kepada-Nya)?” (QS Yunus : 31)
6. BerIMAN bahwa semua keBAIKan
“yang menimpa” kita berasal dari “sisi Allah” dan keBURUKan “yang menimpa” kita
adalah disebabkan diri kita sendiri (dari nafs kita sendiri).
”Apa saja NI’MAT yang kamu peroleh
adalah DARIi Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka DARI (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan
cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An Nisa : 79)
” Boleh jadi kamu memBENCI sesuatu,
padahal ia AMAT BAIK bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menSUKAi sesuatu,
padahal ia AMAT BURUK bagimu; Allah MENGETAHUI, sedang kamu TIDAK MENGETAHUI. “ (QS. Al Baqarah: 216)
7. BerIMAN bahwa untuk masuk SURGA
harus siap menerima UJIAN, dan BESARnya PAHALA tergantung BESARnya UJIAN.
”Apakah KAMU mengKIRA bahwa kamu
akan MASUK SURGA ? Padahal belum datang kepadamu COBAAN sebagaimana halnya
orang-orang terDAHULU sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh MALAPETAKA dan
keSENGSARAan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya
perTOLONGan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya perTOLONGan Allah itu AMAT DEKAT.” (QS Al Baqarah :214)
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku
bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang PALING
BERAT UJIAN dan COBAANnya?” Nabi Saw menjawab, “Para NABI kemudian yang
MENIRU (menyerupai) mereka dan yang MENIRU (menyerupai) mereka. Seseorang diUJI
menurut KADAR AGAMAnya. Kalau AGAMAnya TIPIS (lemah) dia diUJI sesuai dengan
itu (RINGAN) dan bila IMANnya KOKOH dia diUJI sesuai itu (KERAS). Seorang diUJI
terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi BERSIH dari DOSA-DOSA.
(HR. Bukhari)
”Seorang hamba memiliki suatu
DERAJAT di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan AMAL-AMAL
keBAIKannya maka Allah mengUJI dan menCOBAnya agar dia menCAPAI derajat itu.” (HR. Ath-Thabrani)
”Apabila Aku mengUJI hamba-Ku dengan
memBUTAkan keDUA MATAnya dan dia berSABAR maka Aku GANTI kedua matanya dengan
SURGA. (HR. Ahmad)
”Salah seorang dari mereka lebih
senang mengalami ujian dan cobaan daripada seorang dari kamu (senang) menerima
pemberian.” (HR. Abu Ya’la)
8. BerIMAN bahwa UJIAN adalah bentuk
KASIH SAYANG Allah kepada Hambanya, karena SURGA harus diperoleh dengan
JIHAD (keSUNGGUHan) dan keSABARan.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah
dengan keBAIKan maka ditimpakan UJIAN padanya.” (HR. Bukhari)
“ Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla
bila menCINTAi suatu kaum Allah mengUJI mereka. Barangsiapa bersabar maka
baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.
(HR. Tirmidzi)
”Apakah kamu mengKIRA bahwa kamu
akan MASUK SURGA? padahal belum NYATA bagi Allah orang-orang yang berJIHAD di
antaramu, dan belum NYATA orang-orang yang SABAR.” (QS Ali ’Imran : 142)
9. BerIMAN bahwa UJIAN dan
COBAAN yang diterima akan mengHAPUS DOSA-DOSA.
“Tiada seorang mukmin ditimpa RASA
SAKIT, keLELAHan (kepayahan), diserang PENYAKIT atau keSEDIHhan (keSUSAHan)
sampai pun DURI yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah mengHAPUS
DOSA-DOSAnya.” (HR. Bukhari)
“Barangsiapa ditimpa musibah dalam
hartanya atau pada dirinya lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada
siapapun maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya.” (HR. Ath-Thabrani)
10. BerIMAN bahwa UJIAN dan COBAAN
adalah untuk menDEKATkan dirinya kepada Allah.
”Apabila Allah menCINTAi hamba maka
dia diUJI agar Allah menDENGAR perMOHONannya (kerendahan dirinya).” (HR. Al-Baihaqi)
11. BerIMAN bahwa Allah mengUJI
seorang hamba sesuai dengan keMAMPUannya.
”Allah tidak memBEBANi seseorang
melainkan SESUAI dengan keSANGGUPannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
” (QS Al Baqarah : 286)
”Tidak semestinya seorang muslim
mengHINA dirinya. Para sahabat bertanya, “Bagaimana mengHIHA dirinya itu, ya
Rasulullah?” Nabi Saw menjawab, “MeLIBATkan diri dalam UJIAN dan COBAAN yang
dia TAK TAHAN menderitanya.” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi)
”Bukanlah dari (golongan) kami orang
yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan
doa-doa jahiliyah.” (HR. Bukhari)
12. BerIMAN bahwa Allah mengUJI
manusia SEPERTI mengUJI keMURNIan EMAS.
”Allah menguji hambaNya dengan
menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api
(pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari
keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu
ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah
(musibah).” (HR. Ath-Thabrani)
13. BerIMAN bahwa berSABAR,
berSYUKUR, meMAAFkan, dan berISTIGHFAR adalah HIDAYAH dari Allah.
”Barangsiapa diUJI lalu berSABAR,
diBERI lalu berSYUKUR, diZHALIMi lalu meMAAFkan dan menZHALIMi lalu
berISTIGHFAR maka bagi mereka keSELAMATan dan mereka tergolong orang-orang yang
memperoleh HIDAYAH.” (HR. Al-Baihaqi)
14. BerIMAN bahwa keBERKAHan Allah
adalah bila kita RIDLO dengan semua NI’MAT yang Allah berikan baik SEDIKIT atau
BANYAK.
”Sesungguhnya Allah Azza Wajalla
mengUJI hambanya dalam RIZKI yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia RIDLO
dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memBERKAHinya dan meLUASkan
pemberianNya. Kalau dia TIDAK RIDLO dengan pemberianNya maka Allah TIDAK AKAN
memberinya BERKAH.” (HR. Ahmad)
Sumber : http://qultummedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar